Kamis, 18 Juni 2009

Upacara Di Tangkuban Parahu tanggal Juli 26, 2009 yang di mintah oleh Ketua orang Bandui dalam



.........Kuwera Bakti Darma Wisundarah
........



Tangal
: Juli 26, 2009.
Tempat: Gunung Tankuban Parahu


Rajah Sabuana

Upacara akan dilaksanakan di puncak Gunung TangkubanParahu (berarti: Perahu Terbalik), merupakan salah satu gunung yang mengitari cekungan bandung, gunung berapi yang letaknya di utara Kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Gunung TangkubanParahu adalah anak dari letusan Gunung Sunda Purba (Purwakancana), konon merupakan gunung tertinggi di dunia di jaman dahulu.

Dua kata yang cukup penting, memberi isi pada upacara kita nanti, yaitu Parahu dan Gunung Sunda.

Parahu pun dapat bermakna Para yang artinya bisa menunjukan jamak, atau juga bisa berarti “yang diatas” sebagaimana para adalah berarti ruang diatas atap penutup sebuah ruangan dalam sebuah bangunan, dan hu berarti “Dia yang tertinggi”. Jadi Parahu bisa berarti “Mereka yang tertinggi, yang terdahulu, yang menjadi sumber hidup”.


Lamanya upacara digelar satu hari, di mulai sejak matahari terbit, hingga matahari hampir terbenam,.

Upacara akan dibersihkan secara spiritual oleh Belasan orang Kasepuhan (tetua adat sunda), dengan bunyi-bunyian dari angklung buhun dan tarian adat, mereka datang berjalankaki sejauh lebih dari 300km selama berhari-hari menuju tempat upacara, dari kampungnya di Kanekes (Baduy dalam), Banten, Indonesia. Perjalanan kaki tersebut dilaksanakan sejak tanggal l4 Juli dari Kampung dan sampai di Jalan Dr. Curie no.1, Bandung tanggal 24 Juli. Kemudian besoknya tanggal 25 Juli berjalan kaki menuju Puncak Gunung Tangkuban Parahu. Mulai jam 8 pagi.

(Orang Kanekes/”Baduy dalam” adalah warga adat sunda wiwitan yang menjalani hidup sangat sederhana dan bertapa (yoga), mereka menyadari tugasnya, yaitu “Ngabaratapakeun telungpuluhtelu nagara” (hidup bertapa untuk seluruh isi dunia), dan telah hidup seperti itu turun-temurun selama ratusan tahun atau mungkin lebih dari seribu tahun yang lalu)

Setelah itu, dengan keadaan seluruh peserta upacara telah berkumpul dalam suasana cukup fokus, maka dilanjutkan “Kuwera Bakti”, di buka oleh rajah kacapi suling oleh jaro rajah, dilanjut oleh semua peserta upacara dari berbagai bangsa, berbagai kepercayaan, berbagai cara, untuk meditasi bersama, bermusik, , nyanyian adat, serta tarian . Berakhir dengan Rajah Pamunah dan Tarawangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar