Sabtu, 13 Juni 2009

Kata2 dari peserta Bandung




...Eling, eling mangka eling/ Eling kadiri sorangan/ Eling ka diri nu lian/ Urang jeung Alam taya antara3x/ Mun aya antarana Urang rek cicing dimana? iyeuh.../ Pun, Hirup ti pamedalan nepi Pangbalikan/ Neda Ampun Nya Paralun/ Neda Jembar Pangampura/ Hampura Sapapanjangna

Ahuuuuung...

[Terjemah Bhs.Ind:...Sadar, sadar hingga sadar sesungguhnya/Sadar akan diri sendiri/Sadar kepada diri yang lain/Kita dengan Alam tiada berjarak 3x)/Bila berjarak Kita bertempat dimana?/ Hai..Pun (Kuserahkan), Hidup sejak lahir hingga kembali pulang/Mohon Ampun semua pengampunan/Mohon Keluasan Pengampunan/Pengampunan sepanjang-panjangnya/

Ahuuuuung...(Engkau YangMaha)]

Rumpaka Rajah Pamunah

Lagu tradisi adat Sunda


Rajah di Gunung TangkubanParahu, memberi ketegasan bahwa di setiap titik di bumi ini, alam telah memberi tempat dan tanggungjawab kepada setiap hidup yang terpilih untuk satu dengan lingkungan hidupnya, dan eksistensi itu tidak dapat diubah dengan apapun karena itu sudah terbentuk dan tumbuh secara alamiah ribuan tahun lalu atau lebih, jadi pasti di setiap tempat ada para pendahulu.

Itulah sebabnya, Pancaran kasih para pendahulu harus dihidupkan, para pemelihara warisan leluhur sangat baik dipertemukan dalam satu perjamuan spiritual, yaitu salah satunya berkumpul melakuan ritual bersama di Perahu alam, Gunung TangkubanParahu, yaitu salah satu Gunung yang tersisa dari Gunung Sunda Purba (Purwakancana).


Semoga kita semua, dapat melakukan darma dengan ‘kebeningan rasa’. Memancarkan Cinta kasih bagi semua yang telah lahir dan nyata, sebagai bagian dari Yang MahaHidup. Rahayu, Rahayu, rahayu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar